skip to main |
skip to sidebar
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Senin, 11 Agustus 2014
Minggu, 10 Agustus 2014
"Sekolah kita akan kedatangan internet..."Kata Kepala
Sekolah. Beberapa anak yang mencuri dengar pembicaraan tersebut terkesima
dengan "sosok" asing yang disebut internet."
Bunyi iklan yang dapat dijadika titik tolak yang baik bagi pengembangan
internet dalam dunia pendidikan. Internet yang sebenarnya bukan baru ini
memiliki kontribusi dalam dunia pendidikan yang terkait dengan penyediaan
informasi yang cepat, tepat, dan cermat. Dan bukan menjadi sebuah rahasia lagi,
bahwa terjadi kecenderungan baru bagi pola pikir pelajar modern yang lebih
memilih internet sebagai penyedia informasi. Lebih Lanjut, perkembangan
internet dalam dunia pendidikan telah menghasilkan sebuah sistem pembelajaran
yang atraktif dan inovatif yang disebut dengan sistem pembelajaran jarak jauh.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui angket yang disebar secara acak di SMA
1 Probolinggo, didapat suatu kesimpulan bahwa pemanfaatan internet sebagai
media pencari informasi sebesar 34 % dan menduduki persentase tertinggi
dibanding media lain seperti radio, buku, dan televisi. Dari survey yang
dilakukan secara umum peranna internet sebagai media informasi IPTEk (55%),
hiburan (15%), mencari teman dan bisnis (2%), dan sisanya tidak tahu sekaligus
memanfaatkan semua.
Secara detail peranan internet di dalam dunia pendidikan khususnya bagi guru
adalah sebagai berikut :
1. meningkatkan pengetahuan
2. berbagi sumber dengan seprofesi
3. kerjasama dengan guru diluar negeri
4. partisipasi dalam forum pendidikan
5. sumber bahan ajar
Sedangkan peranan bagi siswa sebagai berikut :
1. sumber pengetahuan
2. meningkatkan komunikasi dengan siswa lain
3. media praktek dari teori yang telah dipelajari.
Dari fakta yang terjadi dilapangan dan survey yang dilakukan didapat kesimpulan
bahwa internet memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan, dan dapat
dijadikan media informasi dan pembelajaran modern seperti pengajaran jarak
jauh.
Sabtu, 09 Agustus 2014
Pentingnya Perencanaan Pendidikan
Perencanaan Pendidikan
Dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tebtang Sistem Pendidikan Nasionalpasal 1 ayat 1, diungkapkan yang dimaksud dengan pendidikan adalah: “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (UU RI No 20 Tahun 2003) dari defenisi pendidikan tersebut, dengan jelas terungkap bahwa pendidikan indonesia adalah pendidikan yang usaha sadar dan terencana, untuk mengembangkan potensi individu demi tercapainya kesejahteraan pribadi, masyarakat dan negara.
Persoalannya kemudian adalah, apakah yang menjadi pijakan bagi usaha “perencanaan sadar” . Serta apa yang menjadi sasaran standar bagi individu, masyarakat dan negara.Pencarian jawaban atas pertanyaan ini sangat penting untuk dicari, sebagai pagangan bagi seluruh insan pendidikan khususnya dan bangsa indonesia umumnya. Insan pendidikan mulai dari guru, sebagai operator pendidikan, sampai dengan menteri, sebagai pejabat khusus penanggung jawab pendidikan, haruslah mengetahui dengan tepat apa yang menjadi landasan dalam perencanaan pendidikan Indonesia. Pengetahuan mengenai landasan akan menghindarkan pendidikan dari proyek coba-coba dan ganti menteri ganti kurikulum. Pengetahuan mengenai landasan pendidikan Indonesia oleh para guru, akan membuat pelajaran menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan ini karena guru di dalam kelas mengetahui untuk apa, mengapa, dan karena apa dia melakukan proses pendidikan di kelas.
Demikian juga dengan siswa, akan merasa lebih nyaman untuk belajar, karena mengetahui alasan dan tujuan ia menginvestasikan waktu mudanya untuk belajar di kelas. Pengetahuan menganai landasan pendidikan Indonesia oleh para pejabat pembuat kebijakan pendidikan, akan membuat kebijakan pendidikan nasional konsisten, tetap dan terarah dengan pasti. Konsisten, maksudnya kebijakan pendidikan secara menyeluruh (bagian dan waktu) tersusun dengan landasan yang sama. Tetap, maksudnya kebijakan pendidikan pada berbagai sub dan waktu ke waktu tidak mengalami loncatan yang mengejutkan, sehingga tidak membingungkan masyarakat sebagai pelanggan kebijakan. Terarah, maksudnya kebijakan pendidikan pada berbagai sub dan waktu ke waktu tetap mengarah pada satu tujuan besar, yaitu gambaran manusia Ideal menurut bangsa Indonesia. Bangsa Indoeseia secara keseluruhan juga teramat penting untuk memahami landasan pendidikan, sebab sebagai pelanggan dari kebijakan pendidikan, mereka berhak untuk mengetahui mengapa, untuk apa, dan apa kebijakan pendidikan yang ada harus mereka ikuti.
Sebagian orang mengatakan landasan pendidikan hendaknya diletakkan pada suatu sistem pengetahuan yang telah mapan, sehingga penyusunan kebijakan pendidikan menjadi pasti dan eksak (Sadulloh, 2003). Pendapat ini menyarankan agar pendidikan didasarkan pada ilmu-ilmu ynag telah mapan seperti Psykologi, sosiologi, antropologi, biologi, kimia, dan lain-lain. Dalam taraf tertentu pada praktek pendidikan, pendapat ini dapat diterima, karena dengannya pendidikan akan tersusun dengan sangat sistematis. Namun permasalahan mulai timbul, ketika permasalahan sampai pada persolan-persoalan mendasar seperti, mengapa manusia harus mengikuti pendidikan?, siapa yang berhak mendidik manusia?, apakah pendidikan tidak “memperkosa” kondrat ilahi?, apakah manusia pantas didik?, apa tujuan akhir pendidika?, dengan cara apa pendidikan sebaiknya dilakukan?, dan berbagai pertanyaan mendasar yang lain (Noor, 1986).
Berbagai pertanyaan tersebut tidak akan dapat ditemukan jawabannya dalam ilmu. Karena jawaban atas pertanyaan tersebut bersifat mendasar dan umum. Pengetahuan manusia yang memiliki sifat seeprti ini adalah pengetahuan filsafat. Pendidikan memerlukan landasan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya sebatas pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman empiris. Dalam pendidikan akan muncul permasalahan yang lebih luas, komples, dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman indrawi maupun fakta-fakta faktual yang mungkin tidak dapat dijangkau oleh sains pendidikan (sains of education) (Sadulloh, 2003). Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup manusia. Yujuan pendidikan senantiasa berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan pandangan hidup individu maupun masyrakat yang menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak akan dapat dipahami sepenuhnya tanpa memahami tujuan akhirnya, sehingga hanya dengan memehami tujuan hidup manusia dan masyaraktlah maka tujuan pendidikan akan dapat dipahami dengan jelas.
Dalam ruang pengetahuan manusia terdapat teramat banyak sistem bangun filsafat dan geralan filsafat, yang masing-masing berkembang dengan latar belakang historis dan latar belakang kondisi sosial yang berbeda. Keberbedaan latar belakang tersebut dan karakteristik filsafat yang pra-priori (Rindjin, 1987), menyebabkan filsafat menjadi berbeda-beda pada setiap komunitas (bangsa). Dalam keragaman filsafat yang ada diperlukan sebuah kebijaksanaan untuk memilih filsafat mana yang akan digunakan sebagai pijakan dasar dalam mengembangkan praktek dan kebijakan pendidikan. Untuk itu maka diperlukan pengetahuan yang luas menganai berbagai sistem filsafat umum dan aplikasinya dalam filsafat pendidikan. Setiap bangsa pada dasarnya telah memiliki sistem nilai dan sistem keyakinan yang berkembang secara kontinyu dan mengakar pada masyarakat itu (Noor, 1986), namun belum terumus dengan formal. sistem nilai dan sistem keyakinan pada suatu masyarakat, yang kemudian di-formalkan, menjadi sebuah sistem filsafat selanjutnya disebut Ideologi.
Pada haketnya Perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai
Perencanaan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan masyarakat masa depan adalah perencanaan yang didorong oleh mekanisme pasar. Yang berarti tujuan pembangunan nasional akan lebih dekat dan mendapat support dari masyarakat secara utuh. Dan selanjutnya dunia masa depan, dunia abad 21 sebagai abad informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi (IPTEK), telah dan akan mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia yang sedang menapak kea rah kearah masyarakat industri. Transformasi masyarakat masa depan menuntut suatu fisi pendidikan dan pelatihan yang jelas, yang mengakomodasikan dinamika transformasi social-ekonomi masyarakat yang akan terjadi. Era teknologi komunikasi akan lebih mendekatkan manusia satu dengan yang lain, sehingga dinamika tersebut harus ditampung untuk lebih mensukseskan tercapainya tujuan pembangunan nasional. Visi strategis tersebut harus dapat mengarahkan proses perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional, sehingga dengan demikian program-program pembangunan nasional yang diprioritaskan pada bidang ekonomi dalam PJP II, akan di support oleh adanya Sumber Daya Manusia Indonesia yang cerdas dan terampil sesuai dengan kebutuhan masyarakat global.apayang diharapkan terjadi sperti (peristiwa, keadaan, suasana), dan sebagainya. Perencanaan bukanlah masalah kira-kira, manipulasi atau teoritis tanpa fakta atau data yang kongkrit. Dan persiapan perencanaan harus dinilai. Bangsa lain yang terkenal perencanaannya adalah bangsa Amerika Serikat. Perencanaan sangat menentukan keberhasilan dari suatu program sehingga bangsa Amerika dan bangsa Jepang akan berlama-lama dalam membahas perencanaan daripada aplikasinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Perencanaan Pendidikan
Dari berbagai pendapat atau definisi yang dikemukakan oleh para pakar manajemen, antara lain:
- Menurut, Prof. Dr. Yusuf Enoch
Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepadanpencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara
- Beeby, C.E
Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh system tersebut
- Menurut Guruge (1972)
Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan p
endidikan
- Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975)
Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial
- Menurut Coombs (1982)
Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarak
- Menurut Y. Dror (1975)
Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara menyeluruh dari suatu Negara
Jadi, definisi perencanaan pendidikan apabila disimpulkan dari beberapa pendapat tersebut, adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahu
Secara konsepsional, bahwa perencanaan pendidikan itu sangat ditentukan oleh cara, sifat, dan proses pengambilan keputusan, sehingga nampaknya dalam hal ini terdapat banyak komponen yang ikut memproses di dalamnyalui oleh kegiatan lain
Dalam penentuan kebijakan sampai kepada palaksanaan perencanaan pendidikan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : siapa yang memegang kekuasaan, siapa yang menentukan keputusan, dan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan. Terutama dalam hal pemegang kekuasaan sebagai sumber lahirnya keputusan, perlu memperoleh perhatian, misalnya mengenai system kenegaraan yang merupakan bentuk dan system manajemennya, bagaimana dan siapa atau kepada siapa dibebankan tugas-tugas yang terkandung dalam kebijakan itu. Juga masalah bobot u ntuk jaminan dapat terlaksananya perencanaan pendidikan. Hal ini dapat diketahui melalui output atau hasil system dari pelaksanaan perencanaan pendidikan itu sendiri, yaitu dokumen rencana pendidikan.
Dari beberapa rumusan tentang perencanaan pendidikan tadi dapat dimaklumi bahwa masalah yang menonjol adalah suatu proses untuk menyiapkan suatu konsep keputusan yang akan dilaksanakan di masa depan. Den
gan demikian, perencanaan pendidikan dalam pelaksanaan tidak dapat diukur dan dinilai secara cepat, tapi memerlukan waktu yang cukup lama, khususnya dalam kegiatan atau bidang pendidikan yang bersifat kualitatif, apalagi dari sudut kepentinganB. Perencanaan Pendidikan yang Efektif dan Efisien
Perencanaan pada hakekatnya merupakan suatu proses yang mengarahkan sebagai usaha untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan pembangunan nasional merupakan suatu proses yang mengarahkan keseluruhan usaha yang melibatkan kemampuan serta pemanfaatan sumber-sumber daya dan
Perencanaan pendidikan nasional harus diarahkan kepada pencapaian tujuan dan visi normatif pembangunan nasional sebagaimana kekuatan internal serta kecenderungan-kecenderungan global yang mempengaruhi arah pembangunan nasional Dengan proses perencanaan pendidikan dan pelatihan nasional yang demikian bukanlah semata-mata pencapaian target kuantitatif tetapi juga bahkan terlebih berkenan dengan pembenahan system agar supaya lebih efektif dan efisien, meningkatkan mutu proses pembelajaran dan pelatihan, serta materi yang disampaikan di dalam proses.dana untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Pendidikan dan pelatihan sebagai proses sumber daya manusia yang akan melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan nasional haruslah sejalan dengan proses untuk mencapai tujuan pembangunan nasional
Tersebut bukan hanya mempunyai kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan pembangunan nasional.Rencana yang telah disepakati haruslah dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan, menyampingkan tujuan-tujuan tambahan dan memfokuskan kepada rencana yang telah ditentukan. Bukan berarti bahwa rencana yang telah disepakati tidak dapat ditawar-tawar lagi. Penyesuaian suatu rencana hanya dapat terjadi apabila kondisi meminta untuk perbaikan-perbaikan selama pelaksanaanKeterbatasan dana, ketidakmampuan pelaksana, kurang koordinasi di lapangan dapat menyebabkan penyesuaian pelaksanaan.Perencanaan pendidikan dan pelatihan diarahkan pada pengembangan dan penguasaan IPTEK serta penerapannya. Berikutnya keterampilan yang diprogramkan adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh dunia industri atau oleh kesempatan-kesenmpatan yang muncul karena kemajuan ilmu dan teknologi kemudian perencanaan yang disajikan merupakan suatu rencana yang melahirkan inisiatifDemikianlah proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif harus dapat menumbuhkan suatu system pendidikan dan perencanaan yang mengakomodasikan lahirnya kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh suatu masyarakat Suatu proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif juga berkenaan dengan proses
C. Nilai Balik Perencanaan Pendidikan
Berkaitan dengan isu-isu atau pendapat tentang perencanaan pendidikan yang dikatakan baik, tapi buruk dalam implementasinya, mungkin ada benarnya pendapat tersebut jika dilihat dari hasil yang terjadi yang berkaitan dengan perencanaan pendidikan tersebut, salah satu diantara perencanaan pendidikan yang implementasinya tidak sesuai dengan perencanaan adalah Program Wajib Belajar 9 tahun misalnya, dimana pada Program Wajib Belajar 9 tahun ini, pemerintah pusat dalam hal ini Departeman Pendidikan Nasional, untuk menuntaskan progam wajar 9 tahun ini, pemerintah pusat memberikan bantuan pendidikan kepada siswa yang dikenal dengan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), harapan dari Pemerintah Pusat dengan adannya program ini, maka seluruh anak bangsa yang a
pembelajaran. Era informasi dengan cyber learning akan mengubah seluruh proses belajar baik di dalam system pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu, cyber learning harus direncanakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam rencana pendidikan dan pelatihan masa depan
da diseluruh pelosok negeri ini dapat menikmati/mengenyam pendidikan minimal pendidikan dasar 9 tahun, tapi kenyataannya program BOS tersebut, belum menunjukkan hasil yang sangat signifikan, karena masih banyak siswa-siswa usia sekolah yang belum dapat menikmati pendidikan sampai 9 tahun tersebut, hal ini mungkin disebabkan oleh belum mencukupinya biaya BOS yang digunakan buat siswa dalam melaksanakan pendidikannya, sehingga siswa masih dibebani biaya lagi untuk menutupi kekurangan dari dana BOS tersebut, akibatnya banyak siswa-siswa yang putus sekolah karena tidak sanggup menanggung biaya tambahan tersebut. Mungkin pemerintah harus memikirkan kembali besaran dana BOS tersebut, hingga dana tersebut benar-benar dapat digunakan untuk mencukupi siswa dalam melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun itu.
Kondisi Indonesia sejak dilanda krisis ekonomi pada 1997 sampai sekarang masih belum menentu. Dalam dunia pendidikan pun, Indonesia masih punya masalah yang cukup serius. Di media massa banyak dilansir mengenai rendahnya mutu pendidikan kita. Kualitas sumber daya manusia Indonesia hanya berada di peringkat ke-109, kalah dari Malaysia, Jepang, Thailand, dan Vietnam (M. Nurdin, 2005).Penyediaan minimal fasilitas pendidikan yang diperlukan suatu kota harus dapat memenuhi kebutuhan penduduk sampai tingkat pendidikan menengah. Penyediaan fasilitas pendidikan tersebut selain disediakan oleh pemerintah juga dapat didukung oleh pihak swasta dalam bentuk yayasan pendidikan. Dilihat dari sisi kuantitasnya, fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bima dapat dikatakan sudah memadai dan sudah mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi. Fasilitas pendidikan yang ada tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk, baik untuk pendidikan pra sekolah (STK), pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (umum dan kejuruan) maupun perguruan tinggi.
Untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumberdaya manusia yang berkualitas, sebuah kota otonom penting memiliki Perguruan Tinggi Negeri yang berbasis kebutuhan lokal dengan orientasi global.
Untuk membangun manusia unggul harus berangkat dari filosofi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Menata pendidikan mereka sejak dini merupakan sesuatu yang mutlak. Jika mutu pendidikan dasar baik, apakah itu bangunannya, fasilitas belajar, maupun buku serta gurunya, maka baiklah selanjutnya. Sekolah yang bermutu dan sehat akan memicu gairah belajar anak. Mereka akan menganggap sekolah sebagai tempat yang menyenangkan. Sekolah dapat berubah menjadi wahana yang memikat bukan sebaliknya, membuat siswa tidak betah bahkan takut.
Menciptakan kondisi sekolah yang ideal seperti itu berarti kita sudah mulai membangun fondasi kokoh dalam pengembangan SDM. Memang, hasilnya tidak serta merta terlihat dalam lima-enam tahun kedepan. Tapi kita telah menciptakan generasi unggul karena hitungan investasi SDM akan kelihatan hasilnya pada generasi berikutnya.
1. Masalah Anggaran
Suatu pembangunan visioner yang harus diwujudkan oleh Pemerintah tidak kecil tantangan yang harus dihadapi oleh Pemerintah. masalah yang paling besar tentu saja masalah dana .
2. Langkah Tepat
Hal ini diharapkan mampu meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, serta peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan di masa yang akan datang. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di era pasar bebas sangat tergantung pada investasi bidang pendidikan, penelitian, dan pembangunan alih teknoologi, dimana peningkatan infrasruktur pendidikan dasar memegang kunci yang amat menentuka
3. Kualitas Output
Kualitas bisa diukur dari mana saja, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun koordinasi. Kualitas pendidikan nasional memang sudah sangat memprihatinkan.Di sinilah kelemahan sistem pendidikan kita, kurang perhatian pada output. Jika sistem pendidikan tidak fokus pada output, maka berbagai tantangan (seperti laju teknologi yang begitu pesat) akan sulit ditaklukkan.Di sisi lain, hak guru untuk mengevaluasi proses belajar-mengajar dirampas begitu saja oleh UN. Padahal, dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 58 ayat (1) dijelaskan bahwa “evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara bekesinambungan.”
4. Kebijakan Yang Berganti-Ganti.
Kebijakan yang sering berganti-ganti bukanlah satu-satunya penyebab rendahnya mutu pendidikan saat ini, ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan, diantara faktor-faktor tersebut misalnya adalah rendahnya kualitas/profesionalisme guru selaku tenaga pendidik, kurangnya sarana prasarana pendidikan, kurangnya perhatian orang tua/partisipasi masyarakat juga dapat menyebabkan rendahnya mutu pendidikan. Rendahnya kualitas/profesionalisme guru dapat disebabkan karena banyak sekali guru yang tidak fokus kepada profesinya dikarenakan rendahnya income yang diperoleh guru tersebut, hingga mereka mengajar hanya untuk memenuhi kewajiban saja, mereka tidak mempunyai beban moral atau tanggung jawab untuk mencerdaskan anak didik mereka, karena yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana mereka dapat mencari penghasilan tambahan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.Kurangnya sarana prasarana juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, hal ini disebabkan terbatasnya anggaran pendidikan, hingga saat ini pemerintah belum sanggup untuk merealisasikan anggaran pendidikan sebesar minimal 20% dari APBN sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang, hingga banyak sekali program-program yang tidak dapat direalisasikan karena terbatasnya anggaran pendidikan tersebut.Mungkin salah satu penyebab dari kebijakan pemerintah yang sering berganti-ganti, hingga menyebabkan rendahnya mutu pendidikan adalah adannya kebijakan dalam hal kurikulum yang selalu berubah-ubah hingga menyebabkan ketidakpastian/kebingunan dalam melaksanakan kurikulum tersebut, seringkali guru menjadi bingung dengan adanya kurikulum yang berubah-ubah tersebut, karena dengan pergantian kurikulum tersebut, secara otomatis guru tersebut harus menyesuaikan kembali dengan kurikulum yang baru itu, proses penyesuaian ini memerlukan waktu yang cukup lama, karena guru-guru tersebut harus memahami isi dari kurikulum tersebut, agar dapat di implementasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itulah perubahan kebijakan yang dilakukan ditengah jalan sebaiknya seminimal mungkin kalau bisa dihindarkan, hingga tidak menjadikan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan.
Kondisi Indonesia sejak dilanda krisis ekonomi pada 1997 sampai sekarang masih belum menentu. Dalam dunia pendidikan pun, Indonesia masih punya masalah yang cukup serius. Di media massa banyak dilansir mengenai rendahnya mutu pendidikan kita. Kualitas sumber daya manusia Indonesia hanya berada di peringkat ke-109, kalah dari Malaysia, Jepang, Thailand, dan Vietnam (M. Nurdin, 2005).Penyediaan minimal fasilitas pendidikan yang diperlukan suatu kota harus dapat memenuhi kebutuhan penduduk sampai tingkat pendidikan menengah. Penyediaan fasilitas pendidikan tersebut selain disediakan oleh pemerintah juga dapat didukung oleh pihak swasta dalam bentuk yayasan pendidikan. Dilihat dari sisi kuantitasnya, fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bima dapat dikatakan sudah memadai dan sudah mempunyai tingkat pelayanan yang tinggi. Fasilitas pendidikan yang ada tersebut sudah dapat memenuhi kebutuhan penduduk, baik untuk pendidikan pra sekolah (STK), pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (umum dan kejuruan) maupun perguruan tinggi.
Untuk mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sumberdaya manusia yang berkualitas, sebuah kota otonom penting memiliki Perguruan Tinggi Negeri yang berbasis kebutuhan lokal dengan orientasi global.
Untuk membangun manusia unggul harus berangkat dari filosofi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Menata pendidikan mereka sejak dini merupakan sesuatu yang mutlak. Jika mutu pendidikan dasar baik, apakah itu bangunannya, fasilitas belajar, maupun buku serta gurunya, maka baiklah selanjutnya. Sekolah yang bermutu dan sehat akan memicu gairah belajar anak. Mereka akan menganggap sekolah sebagai tempat yang menyenangkan. Sekolah dapat berubah menjadi wahana yang memikat bukan sebaliknya, membuat siswa tidak betah bahkan takut.
D. Tenaga-tenaga Perencanaan Pendidikan yang profesional
Perencanaan pendidikan yang efektif dan efisien tentunya meminta tenaga-tenaga yang professional tersebut, yaitu para perencana harus merupakan suatu tim multi-disipliner. Dan mereka bukan hanya ahli-ahli dalam bidang pendidikan dan pelatihan melainkan juga dari disiplin-disiplin dari luar pendidikan, seperti teknik, ekonomi, antropologi, filsafat, dan bidang-bidang lainnya yang relevan. Tentunya yang ideal adalah adalah ahli-ahli pendidikan yang menguasai disiplin-disiplin lainnya
Proses perencanaan pendidikan yang efektif dan efisien secara mutlak harus ditopang oleh peneliti (riset). Riset yang dibutuhkan adalah dalam dua bidang, yaitu bidang kebijakan dan dalam bidang intern pendidikan. Pelaksanaan riset kebijakan pendidikan dapat dilaksanakan oleh badan pemerintah tetapi juga oleh lembaga-lembaga swasta yang independent agar supaya dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan dari berbagai arah serta tidak berpihak
Demikian juga pelaksanaan riset mengenai masalah-masalah pendidikan an sich perlu dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah, misalnya di lingkungan universitas dan lembaga-lembaga riset masyarakat mengenai mengenai pendidikan. Dewasa ini dirasakan suatu kelemahan di dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan nasional karena ketiadaan data riset mengenai masalah-masalah pendidikan san pelatihan yang dibutuhka n oleh masyarakat Indonesia sendiri yang sedang berkembang me nuju masyarakat industri
Dari berbagai konsep pendidikan dan pelatihan berasal dari pinjaman atau limpahan pemikiran-pemikiran barat mengenai perkembangan yang sebenarnya dari Indonesia sampai dewasa di dalam lingkungan kebudayaan Indonesia
Jumat, 08 Agustus 2014
Contoh RPP SMP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan
Pendidikan : SMP
Mata
Pelajaran : Bahasa
Inggris
Kelas/semester :
VIII / 2 (dua)
Materi
Pokok : Teks
narrative lisan dan tulis, berbentuk legenda Indonesia pendek dan sederhana
Alokasi
Waktu : 1 Meeting ( 15 Menit )
A. Kompetensi
Inti
KI 1
|
:
|
Menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya.
|
KI 2
|
:
|
Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotongroyong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
|
KI 3
|
:
|
Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata.
|
KI 4
|
:
|
Mencoba, mengolah, dan
menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,
dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
No.
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
|
1.
|
1.1
|
Mensyukuri kesempatan
dapat
mempelajari bahasa
Inggris sebagai
bahasa
pengantar komunikasi
internasional yang diwujudkan dalam
semangat belajar.
|
1.1.1 Menulis learning log yang mengungkapkan
rasa syukur
atas
kesempatan dapat belajar
bahasa
Inggris.
|
2.
|
2.2
|
Menunjukkan
perilaku jujur,
disiplin,
percaya diri, dan
bertanggung
jawab dalam
melaksanakan
komunikasi
transaksional
dengan guru
dan
teman.
(Cetak tebal: Fokus
untuk pembelajaran dalam RRP ini)
|
2.2.1 Bertanggung jawab atas tindakan
anggotanya saat
menjadi pemimpin kelompok.
|
3.
|
3.14
|
Memahami fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks narrative berbentuk
fabel Indonesia, sesuai dengan konteks penggunaannya.
|
3.14.1 Menentukan
tujuan komunikatif
teks.
3.14.2 Mengidentifikasi
struktur teks.
3.14.3 Mengidentifikasi
unsur kebahasaan
dalam teks.
|
4.
|
4.18
|
Menangkap makna teks
narative lisan dan tulis, berbentuk legenda indonesia pendek dan sederhana penggunaannya
|
4.18.1 Menangkap
sifat dan cirri-ciri
teks
narrative legendaindonesia
secara
lisan dan
tertulis dengan
akurat,
lancar dan berterima.
4.18.2 Mengungkapkan
sifat dan ciri
teks narrative legenda
secara
lisan dan
tertulisdengan
akurat,
lancar dan berterima
|
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah melaksanakan serangkaian kegiatan pembelajaran, peserta
didik dapat:
1. Selama proses pembelajaran,
siswa dapat menunjukkan rasa syukur bisa mempelajari bahasa Inggris sebagai
pengantar komunikasi internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar.
2. Selama
proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan perilaku jujur, disiplin, percaya
diri, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan komunikasi
transaksional dengan guru dan teman
3. Menentukan tujuan
komunikatif teks naratif legenda indonesia.
4. Mengidentifikasi struktur
teks naratif legenda indonesia
5. Mengidentifikasi unsure kebahasaan
dalam teks naratif legenda Indonesia
6. Menangkap sifat dan
cirri-ciri teks narrative legenda indonesia secara lisan dan
tertulis dengan akurat
, lancar dan berterima.
7. Mengungkapkan sifat dan ciri
teks narrative legenda secara lisan dan
tertulisdengan
akurat, lancar dan berterima
D.Materi
Pembelajaran
Materi : Teks
Naratif Lisan dan tulis, berbentuk legenda pendek
dan sederhana.
Fungsi
Sosial : Memperoleh hiburan, menghibur dan mengajarkan nilai-nilai
luhur melalui cerita legenda yang terjadi di masa lampau.
Struktur Teks :
· Orientasi ( orientation ) :
menyebutkan tempat dan waktu dan memperkenalkan tokoh-tokohnya(setting cerita )
· Komplikasi Complication ) :
muncul krisis atau pengembangan konflik
· Resolusi ( resolution ):
krisis berakhir secara baik atau tidak baik bagi tokoh
· Koda ( coda ) : Perubahan
yang terjadi pada tokoh dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita
Unsur Kebahasaan:
· Deskripsi orang, benda, dan
uraian kejadian/peristiwa, dan ungkapan perasaan, dalam past tense atau present
tense
· Kalimat langsung dan tidak
langsung
· Menggunakan times
connectives dan conjuction untuk mengurutkan kejadian dalam cerita: first,
then, after that, before, dsb.
· Adverbia dan frasa
preposisional penujuk waktu: a long time ago, one day, in the morning,
the next day, immediately, dsb.
· Ejaan dan tulisan tangan
dan cetak yang jelas dan rapi
· Menggunakan action verb dalam
pastbtense
· Menggunakan saying verbs
yang menandai ucapan misalnya : said, told, promised
· Thinking verbs yang
menandai pikiran , persepsi atau perasaan tokoh dalam cerita
· Ucapan, tekanan kata,
intonasi, ketika mempresentasikan secara lisan.
Topik: Cerita yang memberikan
keteladanan tentang perilaku disiplin, jujur, peduli, pola hidup sehat, dan
ramah lingkungan.
D. Metode Pembelajaran
1. Scientific approach
E. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
1. Media
Gambar– gambar potongan cerita mengenai legenda yang terkenal di
Indonesia.
2. Alat
Spidol warna, papan
tulis, kertas.
3. Sumber Pembelajaran
a. Buku teks wajib
F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Pendahuluan ( 2 menit )
|
||
Tahap
|
Kegiatan
|
|
Salam dan Tegur Sapa (
Apersepsi )
|
- Apersepsi dan motivasi
- Menanyakan keadaan siswa dan absensi
- Penyampaian tujuan pembelajaran
- Penyampaian cakupan materi dan uraian Kegiatan.
|
|
Kegiatan inti (10 menit)
|
||
Observing
Questioning
Experimenting
Associating
Networking
Creating
|
- Siswa mengamati
beberapa
potongan gambar legenda di Indonesia (
Task 1 )
- Siswa memberikan respon mengenai aktifitas pada Task 1 dengan
menjawab pertanyaan dari guru secara langsung.(Task 2)
-Siswa mampu menganalisis generic structure teks legenda dengan
membaca teks dengan seksama. (Task 2 )
- Peserta didik menyusun
teks narrative legenda indonesia yang tidak urut
menjadi urut berdasarkan gambar dan paragraph yang
disediakankemudian
ceritakan kembali di depan kelas.( task 3)
- Siswa menyimpulkan
hasil analisinya terkait
Fungsi sosial, struktur teks dan unsur
kebahasaan dari teks naratif berbentuk legenda. Dengan
mengerjakan soal terkait grammar patern teks naratif legenda.
-Peserta didik membagi diri dalam beberapa
kelompok yang
beranggotakan 5 atau 6 orang,untuk membuat teks narrative berdasarkan gambar
dengan situasinya.
(Task 5)
-Siswa membacakan cerita legenda yang sudah
dibuatnya dengan ucapan, intonasi dan ekspresi dan performan yang baik (task 6)
|
|
Penutup (3 menit)
|
||
Refleksi
Follow Up
|
- Guru bersama siswa
menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini.
- Guru memberikan
penghargaan (misalnya
pujian atau bentuk
penghargaan lain yang
relevan) kepada kelompok
yang berkinerja
baik.
- Guru menyampaikan rencana
pertemuan
berikutnya dan meminta
siswa untuk
mempelajari materi.
|
|
G. Penilaian
1. Sikap
spiritual
a. Teknik Penilaian : Tertulis
b. Bentuk
Instrumen : Learning
Journal
c. Kisi-kisi :
No.
|
Sikap/nilai
|
Butir Instrumen
|
1.
|
Menulis learning log tentang kesyukuran berkesempatan belajar
Bahasa Inggris
|
Lampiran 1
|
d. Instrumen:
lihat Lampiran ...
e. Rubrik
Penilaian Sikap Spiritual
No
|
Indikator
|
Skor
|
1
|
Menggunakan 8 kata positif dan dua diantaranya adalah kata “God”
dan “Thank”
|
5
|
2
|
Menggunakan 6 kata positif dan dua diantaranya adalah kata “God”
dan “Thank”
|
4
|
3
|
Menggunakan 4 kata positif dan dua diantaranya adalah kata “God”
dan “Thank”
|
3
|
4
|
Menggunakan 4 kata positif tanpa kata “God” dan “Thank”
|
2
|
5
|
Menggunakan kurang dari 4 kata positif tanpa kata “God” dan
“Thank”
|
1
|
f. Pedoman Penskoran:
Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap
Predikat
|
Nilai Kompetensi
|
||
Pengetahuan
|
Keterampilan
|
Sikap
|
|
A
|
4
|
4
|
SB
|
A-
|
3.66
|
3.66
|
|
B+
|
3.33
|
3.33
|
B
|
B
|
3
|
3
|
|
B-
|
2.66
|
2.66
|
|
C+
|
2.33
|
2.33
|
C
|
C
|
2
|
2
|
|
C-
|
1.66
|
1.66
|
|
D+
|
1.33
|
1.33
|
K
|
D-
|
1
|
1
|
Kreteria
Penilaian Sikap:
No
|
Tanggung Jawab
|
Skor
|
1
|
Melaksanakan
tugas dengan baik tepat waktu.
|
3
|
2
|
Melaksanakan
tugas tetapi tidak tepat waktu.
|
2
|
3
|
Tidak
melaksanakan tugas
|
1
|
Peduli
|
||
1
|
Bersungguh-sungguh
dalam memperhatikan dan ikut serta dalam setiap kegiatan dalam proses
pembelajaran
|
3
|
2
|
Sedikit
bersungguh-sungguh dalam memperhatikan dan ikut serta dalam setiap kegiatan
dalam proses pembelajaran
|
2
|
3
|
Tidak bersungguh-sungguh
dalam memperhatikan dan ikut serta dalam setiap kegiatan dalam proses
pembelajaran
|
1
|
Kerja Sama
|
||
1
|
Bekerja sama
dan proaktif dalam kelompok selama proses pembelajaran
|
3
|
2
|
Tidak
sepenuhnya dan kurang proaktif dalam kelompok selama proses pembelajaran
|
2
|
3
|
Tidak bekerja
sama dan proaktif dalam kelompok selama proses pembelajaran
|
1
|
Cinta Damai
|
||
1
|
Menjaga
kerukunan dalam kelompok selama proses pembelajaran
|
3
|
2
|
Sedikit
menjaga kerukunan dalam kelompok selama proses pembelajaran
|
2
|
3
|
Tidak menjaga
kerukunan dalam kelompok selama proses pembelajaran
|
1
|
Keterangan
:
3 = A (Bagus)
1 = B (Cukup)
1
= C (Kurang)
A. RUBRIK
PENILAIAN WRITING.
No.
|
Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai
|
Tingkat
|
Skor
|
1.
|
Isi
· Amat
memahami; amat luas dan lengkap; amat terjabar; amat sesuai dengan kutipan.
· Memahami; luas
dan lengkap; terjabar; sesuai dengan kutipan, meskipun kurang terinci.
· Memahami
secara terbatas; kurang lengkap; kurang terjabar; kurang terinci.
· Tidak
memahami isi; tidak mengena.
|
Amat baik
Baik
Sedang
Kurang
|
27 – 30
22 – 26
17 – 21
13 – 16
|
2.
|
Organisasi
· Amat teratur dan
rapi; amat jelas; kaya akan gagasan; urutan amat logis; kohesi amat tinggi.
· Teratur dan
rapi; jelas; banyak gagasan; urutan logis;
kohesi tinggi.
· Kurang teratur
dan rapi; kurang jelas; kurang gagasan; urutan kurang
logis; kohesi kurang tinggi.
· Tidak
teratur; tidak jelas; miskin gagasan; urutan
tidak logis; tidak ada kohesi.
|
Amat baik
Baik
Sedang
Kurang
|
18 –20
14 – 17
10 – 13
7 - 9
|
3.
|
Kosakata dan Diksi
· Amat luas;
penggunaan amat efektif; amat menguasai pembentukan kata; pemilihan kata amat
tepat.
· Luas; penggunaan
efektif; menguasai pembentukan kata; pemilihan kata yang tepat.
· Terbatas; kurang
efektif; kurang menguasai pembentukan kata; pemilihan kata kurang tepat.
· Seperti
terjemahan; tidak memahami pembentukan kata; tidak menguasai kata-kata.
|
Amat baik
Baik
Sedang
Kurang
|
18 –20
14 – 17
10 – 13
7 - 9
i.
|
4.
|
Bahasa (Tata Bahasa dan Struktur)
· Amat menguasai
tata bahasa; amat sedikit kesalahan penggunaan dan penyusunan kalimat dan
kata-kata.
· Penggunaan dan
penyusunan kalimat sederhana; sedikit kesalahan tata bahasa tanpa mengaburkan
makna.
· Kesulitan dalam
penggunaan dan penyusunan kalimat sederhana; kesalahan tata bahasa yang
mengaburkan makna.
· Tidak menguasai
penggunaan dan penyusunan kalimat ; tidak komunikatif.
|
Amat baik
Baik
Sedang
Kurang
|
22 – 25
18 – 21
11 – 17
5 – 10
|
5.
|
Penulisan (Ejaan dan Tanda Baca)
· Amat menguasai
kaidah penulisan kata dan ejaan.
· Menguasai kaidah
penulisan kata dan ejaan, dengan sedikit kesalahan.
· Kurang menguasai
kaidah penulisan kata dan ejaan, dengan banyak kesalahan.
· Tidak menguasai
kaidah penulisan kata dan ejaan, tulisan sulit dibaca.
|
Amat baik
Baik
Sedang
Kurang
|
5
4
3
2
|
6.
|
Kerapian
· Terbaca, bersih
dan rapi.
· Terbaca, bersih,
tapi tidak rapi.
· Terbaca, tidak
bersih dan tidak rapi.
· Tidak terbaca,
tidak bersih, dan tidak rapi.
|
Amat baik
Baik
Sedang
Kurang
|
5
4
3
2
|
Jumlah
Skor Perolehan
Nilai
Yang Diperoleh = ----------------------------------------- x 100
Jumlah
Skor Maksimum
B.Rubrik untuk penilaian
keterampilan berbicara
ASPEK
|
KETERANGAN
|
SKOR
|
Pelafalan
|
· Sangat
jelas sehingga mudah dipahami
· Mudah
dipahami meskipun pengaruh bahasa ibu dapat dideteksi
· Ada
masalah pengucapan sehingga pendengar perlu konsentrasi penuh
· Ada
masalah pengucapan yang serius sehingga tidak bisa dipahami
|
4
3
2
1
|
Tatabahasa
|
· Tidak
ada atau sedikit kesalahan tatabahasa
· Kadang-kadang
ada kesalahan tetapi tidak mempengaruhi makna
· Sering
membuat kesalahan sehingga makna sulit dipahami
· Kesalahan
tatabahasa sangat parah sehingga tidak bisa dipahami
|
4
3
2
1
|
Kosakata
|
· Menggunakan
kosakata dan ungkapan yang tepat
· Kadang-kadang
menggunakan kosakata yang kurang tepat sehingga harus menjelaskan lagi
· Sering
menggunakan kosakata yang tidak tepat
· Kosakata
sangat terbatas sehingga percakapan tidak mungkin terjadi
|
4
3
2
1
|
Kelancaran
|
· Sangat
lancar.
· Kelancaran
sedikit terganggu oleh masalah bahasa
· Sering
ragu-ragu dan terhenti karena keterbatasan bahasa
· Bicara
terputus-putus dan terhenti sehingga percakapan tidak mungkin terjadi.
|
4
3
2
1
|
Pedoman Penskoran:
Konversi Kompetensi
Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap
Predikat
|
Nilai Kompetensi
|
||
Pengetahuan
|
Keterampilan
|
Sikap
|
|
A
|
4
|
4
|
SB
|
A-
|
3.66
|
3.66
|
|
B+
|
3.33
|
3.33
|
B
|
B
|
3
|
3
|
|
B-
|
2.66
|
2.66
|
|
C+
|
2.33
|
2.33
|
C
|
C
|
2
|
2
|
|
C-
|
1.66
|
1.66
|
|
D+
|
1.33
|
1.33
|
K
|
D-
|
1
|
1
|
....................,
.............................. 20...
Mengetahui
Kepala
SMP Guru
Mata Pelajaran
_______________________ _________________________
NIP. NIP.
Follow my twitter
Daftar Blog Saya
Diberdayakan oleh Blogger.